DOKTER SELURUH INDONESIA SARANKAN LOCKDOWN SEMUA AKSES TURIS ASING UNTUK MEMUTUS RANTAI PENYEBARAN VIRUS CORONA. INILAH RESIKONYA BILA DILAKUKAN LOCKDOWN

Apakah WHO Meminta Indonesia Lockdown?

Kita mengetahui bahwa lockdown dilakukan di Wuhan dan seluruh Italia untuk membendung wabah COVID-19. Meskipun dinilai berhasil untuk konteks Tiongkok dalam meredam penyebaran virus, lockdown total akan sangat sulit diterapkan di Indonesia, karena banyaknya perbedaan situasi yang ada.

Kalau Tiongkok mereka punya sumber daya yang massif untuk menalangi ekonominya sementara waktu, mereka bisa bangun rumah sakti dalam hitungan 10 hari. Secara politik, pemerintahan Tiongkok bisa lebih ketat dalam menerapkan aturan pembatasan. Itu semua tidak dimiliki oleh Indonesia.

Namun banyak beredar opini, bahwa WHO termasuk yang meminta supaya Indonesia melakukan lockdown. Opini itu sebenarnya tidak berdasar. Meskipun kita tahu bahwa Indonesia berdaulat, sehingga apapun perkataan dan permintaan WHO, tidak menjadi kewajiban kita untuk mengikutinya, namun kita juga tidak bisa menaruh perkataan yang tidak benar di mulutnya WHO.

Pada tanggal 10 Maret 2020, Direktur Jendral WHO, Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengirim surat kepada Presiden Jokowi.

Ia menyebut bahwa konfirmasi kasus awal sangat penting untuk mengetahui penyebaran COVID-19 untuk bisa mengekang wabah itu. Untuk wilayah dimana penyebaran lokal tidak atau tidak terlalu bisa terdeteksi, maka WHO memberikan rekomendasi:

1. Meningkatkan skala tanggap darurat termasuk mengumumkan darurat/bencana nasional.

2. Edukasi dan aktif berkomunikasi ke publik

3. Mengintensifkan pencarian kasus, contact tracing, monitoring, karantina terhadap yang kontak (pasien), isolasi terhadap (pasien) kasus

4. Perluas pengawasan COVID-19 dengan sistem pengawasan penyakit pernafasan yang ada, dan pengawasan berbasis rumah sakit.

5. Melakukan tes suspect dengan definisi WHO, kontak dari pasien yang positif, tes pasien melalui pengawasan penyakit pernafasan

6. Membangun kapasitas laboratorium yang cukup dan terdesentralisasi untuk memungkinkan tim mengindentifikasi kluster penyebaran sehingga respon mendesak bisa dilakukan, tidak hanya tes terhadap kasus yang memiliki kontak langsung ke pasien positif, tetapi juga ke semua pasien yang mengalami sakit seperti flu dan penyakit akut saluran pernafasan

7. Mengintensifkan kampanye kesehatan masyarakat, kebersihan tangan, etika terkait pernafasan, dan praktek social distancing

Kalau kita lihat, semua atau hampir semua rekomendasi diatas ditindaklanjuti oleh Presiden Jokowi, mulai dari penetapan bencana nasional non alam, dan sisanya menjadi tugas bersama oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID19 yang dikomandani Kepala BNPB.

Namun tidak ada rekomendasi untuk melakukan lockdown dari WHO.

Jadi rasanya tidak perlu ada yang menyulut debat kusir masalah lockdown ini, karena yang dilakukan oleh misalnya Walikota Surakarta atau Gubernur DKI, itu bukan lockdown, melainkan lebih tepat disebut slowdown, upaya untuk mengerem potensi penyebaran virus dengan menetapkan KLB, meliburkan sekolah, menghentikan acara pertemuan dengan massa yang banyak, menutup tempat wisata. Namun masyarakat tetap bisa beraktivitas di luar rumah, tidak lockdown seperti di Italia dimana mereka ketika mau keluar rumah saja harus meminta ijin. Atau di Wuhan dimana masyarakat tidak bisa keluar masuk dari kota itu.

Tindakan pengereman itu sangat krusial, mumpung, jumlah pasien positif corona masih belum sangat banyak sehingga kita masih bisa berharap slowdown ini bisa menjaga angka pasien positif yang membutuhkan opname (tidak semua pasien positif membutuhkan opname, tetapi ada sebagian pasien yang wajib mendapatkan opname) masih dibawah kemampuan fasilitas kesehatan yang ada di negeri ini.

Kita tidak ingin ada kejadian seperti di Italia, ketika ICU penuh, pasien terpaksa ditolak padahal mereka butuh opname, dan tenaga kesehatan terpaksa harus memilih mana yang bisa diselamatkan dan mana yang tidak. Flattening the curve, itu sangat penting bagi nyawa keluarga kita, teman kita, yang rentan, yaitu mereka yang lanjut usia atau memiliki penyakit bawaan lain.

Mari kita dukung penuh upaya Tim Gugus Tugas yang baru, tanpa membuat gaduh media sosial, dengan mendorong kolaborasi antara pemangku kepentingan yang ada.

 

Jangan lupa untuk share artikel ini ke semua akun media sosial kalian ya supaya kami selalu bersemangat dalam menyajikan informasi yang bermartabat kepada para pembaca setia kami di manapun kalian berada setiap harinya.

 

Jangan lupa untuk share artikel ini ke semua akun media sosial kalian ya supaya kami selalu bersemangat dalam menyajikan informasi yang bermartabat kepada para pembaca setia kami di manapun kalian berada setiap harinya.

 

Bermartabat.com adalah media online yang senantiasa menyajikan informasi yang bermartabat. Bermartabat.com selalu menghadirkan berita-berita menarik, video-video viral terbaru dan hal-hal unik lainya yang menjadi perbincangan netizen, Review produk-produk pilihan terbaik yang sudah terbukti berkualitas dan selalu Update Setiap Hari.

Pengambilan nama Bermartabat.com adalah dari kata Bermartabat yang bisa diartikan sebagai mempunyai martabat atau harga diri yang tidak mudah dibujuk oleh siapapun untuk melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan visi misinya.

 

Visi Bermartabat.com

Menjadi media online yang senantiasa menyajikan informasi yang bermartabat bagi semua orang.

 

Misi Bermartabat.com

Memberikan informasi dari sudut pandang yang unik, menarik dan bermartabat, nyata sesuai apa yang terjadi di lapangan tanpa ada manipulasi informasi.

close
Banner