WANITA INI SANGAT BENCI PADA SUAMINYA AKIBAT MENIKAH SECARA PERJODOHAN, NAMUN HATINYA TIBA-TIBA TERBUKA KARENA SANG SUAMI YANG TIDAK IA CINTAI ITU MELAKUKAN HAL INI
Ini adalah kisah inspiratif yang bisa kita pelajari bersama-sama bahwa ternyata cinta tidak harus dari pandangan pertama. Cinta bisa timbul akibat kita selalu bersama bahkan terhadap orang asing sekalipun atau orang yang mungkin kita benci sekalipun. Jadi siapapun tidak akan bisa membendung kala cinta itu hadir di dalam hati setiap insan. Berikut adalah kisah inpriratif tentang Cinta.
Saya dan suami menikah desember tahun lalu. Kami dijodohkan. Saya menikah pada usia 32 tahun, suami saya satu tahun lebih muda. Awalnya, saya tidak mau dijodohkan. Tapi mengingat usia saya yg sudah kepala tiga, akhirnya saya mau aja. Kami menikah tanpa ada rasa cinta. Tapi itu dulu. Sekarang saya cinta mati pada suami. Jika boleh asal mengklaim, suami saya adalah manusia paling sabar, baik hati dan paling manis di planet bernama bumi.
Selama menikah, dia tidak pernah sekalipun marah bahkan ketika saya melakukan kesalahan. Yg terjadi malah sebaliknya. Saya yang sering marah2 bahkan membentak2nya. Tidak tahu kenapa, tapi saya sering kesal bahkan ketika dia tdk melakukan kesalahan. Mungkin inilah akibat dari menikah tanpa didasari rasa cinta.
Sejak awal menikah banyak hal sepele yg dia lakukan utk membuat saya bahagia. Tapi tdk pernah saya sadari. Tidak jarang dia bangun lebih awal, memasak dan menyiapkan bekal makan siang saya. Padahal kami sama2 bekerja, dan suami masuk kerja lebih awal.
Saya punya kebiasaan buruk. Setiap habis mandi selalu bawa handuk ke tempat tidur dan lupa mengembalikannya ke kamar mandi. Dia yang membereskan. Mengambil handuk dan meletakkannya kembali ke kamar mandi. Tanpa kesal dan tanpa protes. Dia pasti menelepon kalau jam 7 malam saya belum sampai di rumah.
Gajinya full selalu ditransfer ke saya. Kemudian saya memberinya uang untuk keperluannya sendiri setiap hari. Saya pernah pulang agak malam karena harus lembur. Tanpa ngomong apa2, ketika keluar kantor, suami sudah standy di depan kantor dengan motor utk menjemput saya pulang. Saya pernah demam tinggi. Semalaman dia tidak tidur hanya untuk mengecek suhu badan saya sudah turun atau belum.
Di awal bulan biasanya saya menyuruhnya utk membeli perlengkapan mandi. Ekonomi kami terbilang paspasan. Untuk berbelanja, saya kasih uang seadanya aja. Pulang belanja dia bilang, “tadi aku beli sabun cair sama sabun mandi batang. Kamu pakai yg sabun cair ya, yang sabun batang buat aku aja”. Dulu saya geli dengar dia ngomong ini.
Kalau saya sebutkan satu-persatu hal2 sepele yg dia lakukan, maka tdk akan ada habisnya. Tapi apakah saya langsung jatuh cinta? Belum.
Minggu lalu dia beli tas. Tas perempuan. Katanya buat saya. Jujur aja, saya tidak suka tas nya. Karena memang bukan tas yg bagus juga sih. Suami saya juga sepertinya ketipu pas beli tas itu. Murah tapi tetap saja tdk sesuai kualiatasnya. Pulang kerja, dia sudah menunggu di rumah dengan tas yg dibelinya. Suami sumringah menyambut saya pulang. Biasanya juga begitu sih. Selesai makan malam, dia tunjukin tas itu dan kasih ke saya, “ini tas tadi aku beliin buat kamu. Tas ini bagus, aku minta teman kantor yang pilihin”.
“Belinya berapa ini?”
“Lima ratus ribu”.
Langsung saya lempar itu tas ke muka nya. Saya sangat marah waktu itu. “Bodoh, beli tas begini doang 500 ribu? Kamu jual 100 ribu aja ini gak ada yg mau! Trus uang darimana kamu pakai buat beli ini?”
“Uang yang kamu kasih setiap hari itu kan sering gak habis. Sisanya aku simpan. Tadinya mau kubelikan baju. Tapi karena aku lihat tas yg biasa kamu pakai udah mulai rusak, makanya kubelikan tas saja.”
Yang jelas, waktu itu aku sangat2 marah. Dia berusaha menenangkan, tapi saya sudah tdk peduli. Kesal sekali rasanya dia membuang2 uang utk tas seperti itu. Apalagi dgn kondisi keuangan kami yang terbilang paspasan.
“Kembalikan tas itu besok. Atau buang aja, aku gak peduli. Pokoknya besok saya tdk mau lihat ada tas itu lagi di sini.” Malam itu saya benar2 kesal. Suami saya diam saja tdk menanggapi lagi.
Besok paginya, spt biasa dia sudah menyiapkan makanan dan bekal makan siang. Saya mandi dan bersiap kerja. Tapi suami saya masih blm berangkat. Krn biasanya dia selalu berangkat duluan.
“Kamu gak kerja? Udh jam berapa ini knp blm berangkat?”
“Ada yg mau aku omongin, kamu duduk dulu sebentar”.
Kupikir ini paling karena masalah tas semalam. Saya sebenarnya sudah tdk begitu kesal perihal tas itu dan mulai bisa menerima.
Dia kemudian bilang.
“Aku tau, kamu memang gak pernah cinta sama aku sejak awal kita dijodohkan sampai menikah. Aku udh berusaha bikin kamu suka, tapi tdk bisa.”
Dia menangis. Serius, baru kali ini aku lihat dia nangis. Dia nangis tapi tetap lanjut berbicara.
Kalau ada sesuatu yang kamu ingin aku ubah, aku pasti berusaha. Kamu minta apapun pasti kulakuin. Asal jangan minta sesuatu yg berada diluar kuasa dan kemampuanku. Aku tau, sulit untuk memaksakan diri mencintai, tapi kalau ada yg bisa kulakukan agar kamu juga mencintai aku pasti kulakuin. Tapi kalau memang sudah tidak bisa, tdk apa2. Kalau kamu mau pisah (cerai), aku juga sudah rela. Lagipula, kalau kamu sendiri tdk bahagia dgn pernikahan kita, kenapa harus dilanjutkan. Aku udh merasa gagal menjadi suami yg baik, gak bisa bahagiain kamu. Aku minta maaf, yg kulakukan selama ini udah maksimal. Itu yg terbaik yg bisa kulakukan.
Dia berlinang air mata. Dia cuma bisa nunduk, gak berani melihat ke arah saya. Seperti takut kalau aku bakal marah dan bentak2 dia lagi. Padahal saya sendiri dari tadi udah nangis juga dengar perkataan dia.
Saat itu juga dia saya peluk.
Waktu dipeluk, dia nangisnya malah semakin keras.
Saya bilang tidak apa-apa, kita bisa menjalani ini. Aku juga minta maaf ya. Aku tdk pernah berpikir utk pisah dari kamu. Kita bisa pelan-pelan menjalani ini.
Saya cuma bilang begitu. Saya tdk bilang saya mencintainya pagi itu. Cuma itu. Hingga kemudian kami berangkat kerja dengan mata bengkak dua-duanya.
Seharian itu saya tdk bisa fokus kerja. Saya mengingat-ingat kembali apa saja yang sudah dia lakukan pada saya. Dari hal yg sepele sampai yang paling rumit. Usia saya 32 tahun dan selama hidup saya tidak pernag semerasa bersalah ini. Saya izin pulang siang. Di rumah, saya menangis seharian menunggu dia pulang. Saya akhirnya menyadari, sayalah yg gagal menjadi istri yang baik. Ini kesalahan saya, bukan suami saya.
Setelah dia pulang, saya menyambutnya di pintu. Saya peluk. Saya bilang, “sayang, aku cinta banget sama kamu. Selama hidup, aku belum pernah sejatuh cinta ini”. Kalian bisa bayangkan bagaimana reaksinya. Ya, dia sampai menitikkan air mata. Suami saya mungkin tidak ganteng. Tidak punya banyak uang. Tidak romantis. Dan sebagainya. Tapi dari 7 milyar manusia yang hidup di bumi, dia adalah satu-satunya manusia yang bisa menerima dan mencintai saya dengan tulus. Menerima segudang kekurangan yg saya miliki.
Saya bersyukur, saya tidak terlalu terlambat untuk menyadari bahwa saya dicintai dan mencintai orang yg tepat. Saya adalah salah satu orang paling beruntung di dunia. Saya yakin, banyak pasangan di luar sana yang kurang lebih sama dengan kisah kami. Pesan saya, cobalah perhatikan hal2 kecil yg dilakukan pasanganmu. Kamu mungkin tidak menyadari bhw dia selalu berusaha membuat km bahagia. Hargai usahanya. Untuk suamiku, kamu adalah cinta matiku. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya hidup ini tanpa kamu.
Dari kisah inpiratif di atas bisa kita simpulkan bahwa cinta akan tumbuh seiring berjalannya waktu dengan cara memberikan perhatian kapada pasangan kita. Dengan perhatian seseorang akan merasa dihargai, disayangi, berarti dan memiliki posisi spesial di hati orang lain. Otomatis hatinya akan luluh karena tidak ada yang memberikan perhatian seperti itu pada dirinya selain orang itu.
Jangan lupa untuk share artikel ini ke semua akun media sosial kalian ya supaya kami selalu bersemangat dalam menyajikan informasi yang bermartabat kepada para pembaca setia kami di manapun kalian berada setiap harinya.